Selasa, 01 Juni 2010

NUKLIR DI BERBAGAI NEGARA MAJU

NUKLIR DI BERBAGAI NEGARA MAJU

CINA TERUS KEMBANGKAN TEKNOLOGI NUKLIR

Republik Rakyat Cina telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan kapasitas 9.000 MW dan pada saat ini sedang dalam proses pembangunan pembangkit sebesar 23.000 MW, hal ini dikatakan Ban Yongzhi, Konselor Ekonomi dan Perdagangan Kedutaan Besar China di Jakarta, saat menerima Anggota Dewan Energi Nasional tanggal 20 Mei 2010. Teknologi yang berkaitan dengan Nuklir saat ini terus mereka kembangkan walaupun sebagian komponen masih mereka impor dari beberapa Negara, energi nuklir mereka nilai adalah energi bersih yang melindungi dari polusi dan akan terus berkembang.Selain Nuklir Cina juga memanfaatkan teknologi energi dari matahari yang sudah terpasang 7500 MW, yang merupakan hasil dari industri Cina sendiri. Selain itu, sejak tahun 2007 Pemerintah Cina membuat strategi dengan mengembangkan energi baru terbarukan yang terdiri dari beberapa sumber yaitu; air sebesar 400.000 MW sampai saat ini sudah terpasang 190.000 MW, panasbumi, mini ombak matahari dan energi dari bahan tanaman (Nabati).Sebagaimana data yang ada pada tahun 2009 Cina menginvestasikan dibidang kelistrikan mencapai 755 milyar Yuan/100 Milyar USD, pada tahun yang sama Cina menutup banyak PLTU batubara skala kecil 100-200 MW yang total keseluruhannya mencapai 26.000 MW telah ditutup karena emisinya sangat besar yang sangat mempengaruhi lingkungan dan teknologinya sudah dianggap tidak sesuai dengan perkembangan.Potensi sumber daya angin yang terdapat di daerah bagian timur Cina yang dekat pantai utara dan Selatan jika dipasang memiliki potensi mencapai 1 juta MW.China merupakan pengguna energi terbesar ketiga di dunia dan menargetkan konsumsi energi di negara itu sudah dipenuhi dari sumber daya yang dapat diperbarui (renewable energy) seperti biodiesel setidaknya 15% pada 2020.Kebutuhan listrik yang disuplai ke penduduk dan keindustri diberikan tanpa subsidi pemerintah, harga jual listrik 6,82 Yuan atau setara sekitar 7 sen.

AUSTRALIA TERUS KEMBANGKAN ENERGI BARU TERBARUKAN

Untuk menjamin ketersediaan energi dan ekonomi Australia dalam jangka panjang hingga tahun 2030 terus diusahakan The National Energy White Paper, hal tersebut dijelaskan oleh Mr. Warren Hauck, Kepala Bagian Ekonomi Kedutaan Besar Australia di Jakarta saat menerima kunjungan Anggota Dewan Energi Nasional Unsur Pemangku Kepentingan Prof. Ir. Rinaldy Dalimi, M.Sc., Ph.D. dan Prof. Widjajono Partowidagdo, Ph.D. dengan didampingi staf dari Sekretariat Jenderal DEN tanggal 26 Mei 2010. Mr. Warren menjelaskan bahwa berkaitan dengan harga keenergian di Negara Kanguru tersebut diatur oleh Australian Energy Market Operator (AEMO) termasuk harga listrik dan gas, sehingga harga energi ditentukan oleh pasar tetapi tetap dengan memperhitungkan insentif yang diberlakukan oleh pemerintah Australia. Selanjutnya Mr. Warren mengatakan bahwa pada saat ini Negara Kangguru tersebut sedang berusaha mengembangkan Renewable Energy sebagai tanggapan Australia terhadap isu global Warming and climate change. Berkaitan dengan target bauran energi mereka menjelaskan bahwa target bauran energi Australia untuk tahun 2020 adalah sebesar 20%. Pemerintah Australia terus berusaha mengembangkan energi dari matahari sebagai sumber energi yang bisa diandalkan untuk kebutuhan energi Australia ke depan. Sedangkan berkaitan dengan penggunaan energi nuklir sebagai salah satu sumber energi yang bersih lingkungan masih menjadi perdebatan di Australia walaupun mereka sudah memiliki reactor nuklir. Sumber energi yang berasal dari batubara terutama coalbed methane (CBM) pemerintah Australia sampai saat ini mereka belum kembangkan secara komersial hanya baru investasi saja. Sedangkan energi bawah laut (wave) atau energi gelombang masih merupakan bahan studi dan belum dikembangkan. Mr. Warren yang didampingi Mr. Robert Law, Sekretaris 3 (Ekonomi) dan Kesuma Wijaya Senior Economy Officer (political and economic branch) juga menjelaskan bahwa Pemerintah Australia bersedia untuk mengadakan kerjasama dengan Indonesia dalam hal studi mengenai energi, khususnya renewable energy. Lebih lanjut mereka menyarankan kepada anggota DEN agar melakukan kunjungan di ibukota Negara Australia, Canberra karena fasilitas studi mengenai Renewable energy di Canberra sangat lengkap (osm).

PRANCIS MILIKI 58 REAKTOR NUKLIR

Sebagaimana kunjungan sebelumnya Anggota DEN Unsur Pemangku Kepentingan melanjutkan jadwal kunjungannya ke Kedutaan Besar Perancir di Jakarta, Anggota Dewan Energi Nasional Unsur Pemangku Kepentingan yang berkunjung adalah Prof. Ir. Rinaldy Dalimi, M.Sc., Ph.D., Dr. Ir. Tumiran, M.Eng. dan Prof. Widjajono Partowidagdo, Ph.D. dengan didampingi staf dari Sekretariat Jenderal DEN tanggal Jumat, 21 Mei 2010. Kunjungan ke Kedutaan Perancis diterima oleh Mr. Jean Duchene dari Dept. Ekonomi, Kedubes Perancis di Jakarta, dalam pertemuan tersebut ia menjelaskan bahwa Negara Prancis saat ini mempunyai 58 reaktor nuklir. 1 reaktor nuklir sebesar 1.000MW. Negara Prancis sudah dapat menguasai teknologi nuklir sendiri, tidak membeli dari negara lain, sedangkan bahan bakar uranium diimpor dari Negara Afrika. Areva T&D (Transmission and Distribution) merupakan perusahaan terbesar untuk energi nuklir. Mr. Jean menjelaskan bahwa sudah dibangun riset/organisasi untuk teknologi fusi yang berada di Prancis Selatan yaitu ITER (The International Thermonuclear Experimental Reactor). Saat ini ada 15 negara yang tergabung di ITER diantaranya Jepang, Korea, Cina, Rusia, India, Amerika Serikat, dan lain-lain. Misi dari ITER adalah menunjukkan kelayakan teknologi fusi dan membuktikan bahwa teknologi tersebut dapat bekerja tanpa dampak negatif. Berkaitan dengan pengembangan energi terbarukan, Pemerintah Prancis terus mengembangkan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energinya dan mewujudkan energi efisiensi serta pencegahan perubahan iklim. Prancis memiliki potensi terbesar kedua di Uni Eropa dalam hal energi angin, dan potensi yang sangat baik dari segi energi matahari dan panas bumi serta biomasa. Mengenai kelistrikan Mr Jean menjelaskan bahwa Produksi listrik di Prancis didominasi oleh energi nuklir yang berjumlah sekitar 80% dan dari tenaga air. Perancis mengharapkan bahwa pada tahun 2020 sebesar 23% konsumsi energi berasal dari energi terbarukan atau setara dengan 20MTOE/tahun. Dimana energi terbarukan tersebut berasal dari tenaga angin, bioenergy, panas bumi, hydroelectric, matahari, gelombang laut, dan lain-lain. Sedangkan program-program investasi jangka panjang untuk kebutuhan listrik dan gas menjadi panduan bagi pelaku ekonomi Negara Perancis dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebijakan energi Prancis yaitu ketersediaan yang cukup, berdaya saing secara ekonomis, perlindungan lingkungan dan mempunyai keinginan mengurangi emisi gas rumah kaca. Lebih lanjut berkaitan dengan sektor transportasi, untuk kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar gas dan listrik. Kebijakan Pemerintah Prancis di sektor transportasi dalam rangka mengurangi emisi adalah dengan menerapkan sistem bonus dan penalti. Pemerintah akan memberikan bonus kepada masyarakat yang memiliki kendaraan dengan emisi yang rendah. Dijelaskan bahwa Prancis mempunyai lembaga AFD (Agence Francaise de Development) yang beroperasi di Indonesia dalam rangka memerangi perubahan iklim, terutama dengan meningkatkan efisiensi energi dan pengembangan energi terbarukan serta melestarikan keanekaragaman hayati. Climate Change Program Loan (CCPL) / Dana Pinjaman Program Perubahan Iklim merupakan program tiga tahun (2007-2009) yang dirancang oleh Pemerintah Indonesia yang berkonsultasi dengan lembaga donor Jepang dan Prancis, tujuannya adalah membuat kebijakan publik yang mendukung mitigasi dan adaptasi perubahan iklim (osm).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar